Translate

Friday, February 24, 2017

Ngurus Visa waiver jepang anti ribet!

Melanjutkan kisah persiapan mewujudkan impian... jiah elahhh....

Setelah mengantongi e-paspor, besoknya saya langsung ke Bayu Buana Travel. "Koq travel sih? Kenapa nggak langsung ke kedubes ajah? Kan gratis kalo ngurus sendiri" Yups! Beeetul betul betuuul.... Btw, anyway, busway, setelah melalui pertimbangan ini itu segala macam, saya prefer bikin visa di travel.

Kasusnya, saya KTP Ternate dan hanya bisa ngurus visa di Makassar karena Ternate termasuk wilayah kerja konsulat Jepang di Makassar. Daripada habis ongkos tiket dan hotel ke Makassar, saya pun berinisiatif menelpon travel untuk menanyakan informasi biaya pengurusan visa waiver Jepang dan berapa lama prosesnya. Lagipula saya belum nemu informasi kalau pemegang KTP daerah boleh registrasi visa waiver di Jakarta. Dan repot sekali kalau bawa si kecil...

Travel pertama yang saya hubungi tidak bisa membantu sebab mereka tidak punya cabang di Makassar. Akhirnya setelah "berkonsultasi" dengan mbah google, saya pun menelpon Bayu Buana Travel dan alhamdulillah mereka bersedia membantu. Saya di kasih nomor telepon dan alamat cabangnya yang di kelapa gading (kebetulan dekat dari hotel).

Tiba di travel saya disambut dengan ramah. Saya pun menyampaikan ingin registrasi visa waiver. Petugasnya lalu menanyakan formulir registrasi visa waiver yang di download dari website Kedutaan Jepang. Karena formulirnya belum saya isi, petugasnya pun mempersilakan kami untuk mengisinya terlebih dahulu. Setelah itu saya pun menyerahkan formulir registrasi beserta e-paspor saya. Saya lalu dikasih form pembayaran untuk melakukan pembayaran di kasir. Setelah itu bukti pembayaran dan tanda terima e-paspor diberikan kepada saya.

Proses registrasi visa waiver via Bayu Buana adalah 2-3 hari kerja. Biayanya Rp 50.000,- / orang. Karena besok pagi saya sudah harus pulang ke Ternate maka saya pun menanyakan apakah pengambilan e-paspor dan visa boleh diwakilkan oleh adik saya, dan ternyata boleh asalkan membawa bukti tanda terima yang sudah diberikan kepada saya. Bahkan boleh dikirimkan ke alamat rumah, dengan syarat biaya pengiriman ditanggung oleh pemohon.

Selesai sudah. Benar saja, 3 hari kemudian saya ditelpon oleh Bayu Buana bahwa e-paspor saya sudah boleh diambil. Seminggu kemudian adik saya pulang dari Jakarta, dan jeng jreng! E-paspor saya sudah ditempeli sticker visa waiver... gampang, cepat, dan murah bukan?!

Thursday, February 23, 2017

E-Passport oh E-Passport...!

Googling sana googling sini cari info bikin e-passport. Ceritanya pengen mewujudkan impian melihat sakura mekar di negeri matahari terbit sekalian temu kangen dengan para mantan manager di perusahaan dulu, mulailah muncul ide nekat ke jepang di bulan April 2017.

Biar nggak ribet sama visa akhirnya saya putuskan bikin e-paspor. Karena si kecil harus dibawa serta, mau nggak mau si kakak (sepupu) juga harus ikut. Udah kebayang deh klo nggak ada si kakak, rempongnyaaaa jalan berdua.

Berhubung paspor lama sudah kadaluarsa dan Mr. Hubby beberapa hari lagi harus berlayar paniklah saya cari-cari info gimana syarat bikin paspor anak jika ayahnya berhalangan hadir. Untungnya Mr. Hubby berbaik hati mendatangi Kanim Jakarta Utara untuk mencari informasi sebelum dia on board. Dan info dari petugas Kanim Jakut bahwa boleh salah satu orang tua yang mendampingi saat pengurusan dan wawancara, dan juga boleh salah satu orang tua saja yang tanda tangan di Surat Pernyataan Orang tua. Syukurlah...

Dari brosur yang diambil oleh Mr. Hubby di Kanim Jakarta Utara, persyaratan membuat paspor adalah sebagai berikut:

PERSYARATAN PENGURUSAN PASPOR
A. Persyaratan Umum
Mengisi formulir permohonan dengan melampirkan persyaratan asli dan copy (ukuran kertas A4):
a. Bukti domisili:
1. KTP yang masih berlaku
2. Kartu Keluarga

b. Bukti identitas diri:
1. Akte Lahir (Surat Kenal Lahir)
2. Ijasah (SD/SMP/SMA)
3. Akte nikah
4. Surat Baptis
5. Surat Keterangan Ganti Nama (apabila ganti nama)
6. Paspor lama

B. Persyaratan Khusus
Untuk anak dibawah 17 tahun
1. Akte lahir / ijasah SD,SMP
2. KTP dan KK Orang tua
3. Surat Nikah Orang tua
4. Fotokopi Paspor Orang tua
5. Surat Pernyataan orang tua

Biaya pengurusan paspor:
1. Paspor biasa 48 halaman Rp 355.000,-
2. Paspor elektronik Rp 655.000,-

Pelayanan paspor biasa dapat dilakukan secara online dan walk-in (datang langsung ke Kantor Imigrasi). Sedangkan untuk pelayanan e-passport saat ini hanya bisa dilakukan dengan walk-in.

Datang ke imigrasi harus berpakaian sopan dan rapih dan pakai sepatu. Ingat! Pakailah baju berwarna (selain putih), sebab back ground foto nanti warnanya putih jadi kalau pakai baju putih ya bayangin sendiri aja hahahha.. Waktu itu sih saya pakai batik biar promosi batik ke luar negeri hehehe...

Saya pun menyiapkan KTP saya dan suami, Akte lahir saya dan suami, ijasah SMA saya dan suami, buku nikah, KK, akte lahir anak, Fotokopi paspor suami (karena yang asli dibawa) dan paspor lama saya. Sebagai berkas tambahan karena domisili saya di luar jakarta, saya siapkan Surat Keterangan Domisili, juga Surat Keterangan untuk perbedaan nama di KTP dan Akte karena ada kesalahan spasi pada nama saya di KTP. Surat pernyataan orang tua dapat di beli di koperasi Kanim beserta materainya.

Selasa pagi saya baru bisa datang jam 7:30 pagi. Sampai di Kanim Jakut antrian udah banyak. Nanyalah saya di satpam dekat pintu masuk, saya dikasih formulir pengajuan e-paspor kemudian diarahkan untuk mengambil nomor antrian di mesin samping meja pengecekan berkas. Disitu juga ada satpamnya, saya dapat nomor antrian prioritas karena bikin paspor bareng si kecil. Para lansia, wanita hamil juga mendapat nomor antrian prioritas. Si kakak dapat nomor antrian biasa. Satpamnya nanya berkas saya sudah lengkap atau belum, saya bilang belum semua difotokopi. Kemudian saya disuruh fotokopi dulu di koperasi. Saya pun naik ke lantai 3 menuju koperasi, naik tangga cyiiin sambil gendong si kecil pulak. Ngantrinya lumayan. Saya pun fotokopi berkas dan beli surat pernyataan orang tua, materai, serta pulpen tinta hitam. Berhubung pulpennya habis, jadi ganti-gantian sama si kakak ngisi formulirnya hahahah... (saran saya bawalah pulpen dan materai dari rumah).

Balik ke lantai 1 sambil nyari tempat duduk. Kebetulan ada meja buat nulis dan kursi juga. Beruntung ada yang mau ngasih kursinya buat saya hihihi :). Saya pun buru-buru mengisi formulir soalnya nomor antrian saya adalah 27 & 28.

Setelah nunggu agak lama, nomor antrian saya pun dipanggil menuju meja pemeriksaan berkas. Petugasnya memeriksa dengan teliti satu per satu berkas saya dan si kecil. Petugasnya sempat nanya-nanya kenapa tidak buat paspor di daerah saya saja. Saya pun menjawab bahwa saya ingin buat e-paspor sedangkan di daerah belum melayani e-paspor. Saya diberitahu bahwa system sedang down jadi pihak Imigrasi belum bisa memastikan kapan e-paspor saya bisa dicetak. saya disarankan untuk membuat paspor biasa saja. Itu pun agak lama selesainya. Namun karena saya bersikukuh ingin buat e-paspor, petugasnya pun menyuruh saya membuat Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa saya tidak akan menuntut pihak Imigrasi jika e-paspor saya tidak selesai sesuai jadwal dikarenakan sistem sedang terganggu. Saya pun membuat surat pernyataan bermaterai. Untung saja saya beli materai lebih hingga tidak bolak balik ke lantai 3.

Setelah selesai, berkas saya yang telah lengkap diletakkan di sebuah map dan diserahkan kepada saya. Saya dapat nomor antrian baru untuk foto dan wawancara.

Antrian hari itu banyak sekali, si kecil sempat rewel untung saya bawa permen banyak di tas hehehe... si kakak pun sigap beliin nasi kuning dan minum, katanya sih belinya di ruko dekat kanim (nggak tau deh sebelah mana). Jadilah mereka berdua sarapan nasi kuning....
Akhirnya giliran si kakak untuk pemeriksaan berkas. Sama seperti saya tadi ditanya kenapa nggak buat paspor biasa saja. Akhirnya dia disuruh buat surat pernyataan juga seperti saya.

Tiba giliran saya dan si kecil untuk foto dan wawancara. Petugas wawancaranya ramah banget. Karena nomor antriannya beda, jadi si kecil dapat meja nomor 4 dan saya nomor 5. Saya pun harus minta ijin ke petugas di meja nomor 5 untuk bujukin si kecil foto dulu. Setelah tu berkas si kecil langsung diserahkan ke petugas yang akan mewawancarai saya, jadi di petugas no 4 si kecil hanya difoto saja. Nggak susah suruh si kecil foto karena memang dia hobi difoto. Kebanyakan gaya sampe hasil foto kepalanya jadi miring hahaha...

Saya ditanya-tanya petugas kenapa paspor saya belum pernah digunakan, alasan saya buat e-paspor, kuliah dimana, kenapa si kecil lahir di Bali sementara domisili saya di Ternate dsb dsb... hahaha semuanya saya jawab sejujur-jujurnya.. dan akhirnya saya pun difoto. Petugasnya bilang form tanda terima untuk pembayaran sudah habis jadi saya harus kembali besok untuk mengambilnya. Saya dikasih semacam nota pengambilan form untuk ditunjukkan kepada beliau besok.

Selesailah proses pengurusan e-paspor saya hari itu. Si kakak belum dapat giliran wawancara juga. Jadilah kami ikutan menunggu. Ketika sudah dekat nomor antrian si kakak tiba-tiba mati lampu. Paniklah peserta antrian semua. Beberapa menit kemudian datang petugas yang mengumumkan bahwa berhubung mati lampu maka kita dipersilakan menunggu 30 menit lagi hingga jam 3 sore, jika lampu belum menyala maka peserta yang belum dilayani boleh datang besok pagi dan akan dilayani terlebih dahulu sesuai nomor antrian hari ini. Kami pun menunggu hingga jam 3 dan akhirnya pulang.

Keesokan harinya si kakak datang duluan ke Kanim untuk foto dan wawancara. Jam 10 saya tiba di Kanim, si kakak sudah selesai wawancara dan foto. Saya langsung mengambil tanda terima untuk pembayaran, disitu tertera juga no HP untuk layanan sms info pengambilan paspor.  Kami pun menuju Bank untuk membayar. Jika sistem lancar maka e-paspor bisa diambil 4 hari kerja setelah tanggal pembayaran.

Tepat 4 hari kerja setelah pembayaran, saya coba sms ke nomor yang diberikan, lama nggak ada balasan. Besoknya si kakak sms di nomor yang sama, dan sorenya dibalas bahwa e-paspor sudah bisa di ambil pada hari kerja senin-jumat. Waw! Girangnya sayaaa :) langsung deh siap-siap cus ke Kanim.
Jam 2 siang sampai di Kanim dan langsung menuju loket pengambilan paspor untuk menyerahkan tanda terima dari imigrasi dan bukti pembayaran dari bank, letakkan di kotak yang telah disediakan. Banyak yang nggak sabar menunggu di kursi dan malah berdiri di depan loket. Beberapa kali pak Satpam menertibkan dan menyarankan untuk duduk di kursi, tapi mereka tetap "ngeyel" termasuk saya hihihi...

Nama si kakak dipanggil duluan lalu nama saya. Petugas meminta KTP asli untuk dicocokkan dengan data di e-paspor saya dan anak saya. Petugas juga meminta saya untuk mengecek semua data di e-paspor sekali lagi apakah ada kesalahan penulisan dsb. Checked! Lalu saya diberitahu untuk tidak lupa membubuhi tanda tangan dan mengisi alamat di halaman belakang e-paspor saya nanti setibanya di rumah. Setelah tanda tangan di tanda terima paspor, petugas lalu menyerahkan e-paspor saya beserta sampulnya. Yey! Jadi deh kita cusss ke Jepang... eits, urus visa dulu hehehe... 😁