Translate

Monday, May 22, 2017

Liburan Hari Kelima: Toyohashi dan Higashi Okazaki

Pukul 5 pagi, bus Willer yang kami naiki tiba di stasiun Toyohashi. Saat turun dari bus, rupanya pak supir sudah menunggu di luar dan memberi hormat kepada kami sambil menunduk beliau berterima kasih dan mengucapkan salam perpisahan. Saya pun balas menunduk dan mengucapkan terima kasih. Betapa ramah dan sopannya orang Jepang, sangat menghargai orang lain. Dan ternyata penumpang yang turun di Toyohashi hanya kami bertiga ๐Ÿ˜‚. 

Hari masih gelap dan hujan turun deras, udara jadi sangat dingin. Saya dan si kakak saling bertatapan dan ketawa ngakak karena nggak nyangka akan menggigil kedinginan seperti ini hahahah. Kami bergegas masuk ke stasiun kereta agar tidak kebasahan sekalian mencari petugas untuk bertanya.

Karena masih jam 5 pagi, suasana dalam stasiun sangat sepi. Horor juga sih, kebayang seandainya dari ujung lorong muncul sadako ๐Ÿ˜จ. Kebetulan ada seorang bapak sepertinya petugas kebersihan, saya pun bertanya dimana letak Toyotetsu Terminal Hotel. Beliau pun tampak bingung, beliau menyarankan kepada saya untuk menuju ke sebuah pintu keluar yang terdapat pos polisi di sisi lain stasiun. Kami mampir di toilet sebentar untuk membasuh muka, aje gile baru sadar klo tampang kami benar-benar lusuh karena baru bangun tidur hahhaha.

Saat menuju pintu keluar kami bertemu lagi dengan seorang wanita petugas kebersihan, beliau mengetahui letak hotel lalu memberi kami petunjuk jalannya. Syukurlah ternyata tidak jauh dari stasiun, di dekat Family Mart. Lucunya lagi justru pelayan toko di Family Mart sendiri tidak tahu letak hotel tersebut, padahal hanya berjarak sekitar 20 meter disamping Family Mart hahaha.

Setelah ketemu gedung hotelnya, ternyata resepsionis berada di lantai 6. Saya melapor kepada resepsionis hotel bahwa saya akan check-in siang ini di hotel tersebut, namun karena belum tiba waktu check-in maka saya akan kembali lagi siang nanti. Saya juga memberitahu bahwa koper saya baru akan tiba sekitar jam 12 siang, sehingga saya meminta mereka untuk menyimpan koper saya hingga saya kembali nanti. Saya pun memperlihatkan bukti pengiriman dari Kuroneko Yamato. Pak resepsionis mengerti dan mereka bersedia menyimpan koper saya sampai saya kembali ke hotel.

Saya menghubungi teman saya Roger, mengatakan bahwa kami sudah tiba di hotel. Roger mengatakan bahwa dia pulang kerja lebih awal jadi dia akan menjemput kami lebih cepat yaitu pukul 7:30 pagi di depan Starbucks tak jauh dari hotel. Sudah pukul 6 pagi saat itu, saya pun meminta izin kepada resepsionis untuk menunggu di lobby sebentar dan beliau pun mempersilakan. Si kakak sudah tertidur di kursi lobby sambil mendekap adiknya. Saya mengambil beberapa foto stasiun dari jendela hotel. Hujan masih turun saat itu.
Suasana sekitar stasiun Toyohashi dari jendela lobby hotel
Pukul 7:20 saya memutuskan untuk turun menuju Starbucks dan menunggu Roger di sana. Keluar dari gedung hotel, angin kencang dan udara dingin langsung menerpa kami. Wow dingin sekali anginnya bbrrrr. Para pekerja lalu lalang sambil memandang kami, beberapa dari mereka ada yang sibuk rebutan payung sama angin karena payungnya hampir diterbangkan angin hahhaha... 13 menit kemudian Roger pun datang dan kami naik ke mobilnya. Saya masih tak percaya akhirnya bisa bertemu muka dengannya setelah sekian tahun kami berteman di dunia maya.

Roger mengajak kami sarapan di sebuah restoran keluarga bernama Gusto. Kami ngobrol banyak disitu, si dede yang masih belum familiar dengan Roger pada awalnya akhirnya bisa akrab juga. Setelah sarapan, kami menuju ke taman dekat stasiun kereta untuk melihat sakura. Namun sayangnya begitu tiba di taman, hujan masih cukup deras. Akhirnya kami pergi berbelanja ke supermarket saja.
Hujan deras di Taman Toyohashi
Hujan masih deras saat kami menuju supermarket

Tiba di supermarket si kakak semangat 45 mencari vitamin rambut, karena vitamin rambut yang dia bawa ditahan petugas bea cukai di Bandara Soekarno Hatta. Ternyata tidak ada merk yang biasa ada di Indonesia. Akhirnya si kakak beli yang merk Jepang saja. Swalayan di Apita juga tersedia bermacam-macam bento dan onigiri. Di lantai atas ada toko pakaian dan toko buku. Saya pun membeli jaket buat si dede seharga 5292 yen dengan diskon 60% karena sudah lewat musim dingin sehingga harganya menjadi 2116 yen. Saya juga beli syal buat kami masing-masing seharga 1080 yen.

Selesai belanja, Roger pun mengantar kami kembali ke hotel. Saya berterima kasih kepadanya karena sudah meluangkan waktu untuk mengantar kami jalan-jalan di tengah kesibukannya. Roger pun tersenyum dan menyuruh kami bergegas masuk hotel karena hujan semakin deras. Tiba di lobby hotel, saya diberitahu oleh resepsionis bahwa koper saya sudah tiba dan boleh diambil. Saya mencoba menanyakan bisakah kami check-in lebih awal karena saat itu sudah jam 11:30. Dan ternyata boleh, saya lega sekali rasanya karena jarang ada hotel yang memperbolehkan early check-in di Jepang.

Hotel ini saya pesan melalui situs booking.com. Fasilitas di hotel ini cukup lengkap, ada TV, kulkas, kursi, private bathroom, toiletries, meja rias, hair dryer, electric kettle dan teh, tapi tidak tersedia air mineral jadi saya harus membeli di vending machine seharga 110 yen per botol ukuran sedang. Harga kamar yang saya dapat saat itu adalah 8086 yen per malam untuk kamar double room. Saya dan si kakak tidak sempat tidur, kami hanya mandi dan berdandan karena harus bergegas ke Higashi Okazaki untuk bertemu Bibi Mariko (kenalan si kakak).

Sekitar jam 1 siang kami meninggalkan hotel dan menuju stasiun Toyohashi. Hujan sudah reda tapi angin masih bertiup kencang, untungnya saya sudah beli syal jadi tidak kedinginan. Kami naik kereta Meitetsu line seharga 550 yen per orang ke stasiun Higashi Okazaki, perjalanan sekitar setengah jam. Tiba di stasiun Higashi Okazaki, kami sudah disambut oleh bibi Mariko. Si kakak dengan girangnya berlari memeluk bibi Mariko. Bibi Mariko lalu menyuruh kami memakai jaket tebal yang sudah dia persiapkan karena cuaca di luar sangat dingin. Benar saja, sedang turun hujan meski tidak deras tapi suhunya dingin banget.

Bibi pun mengajak kami ke toko oleh-oleh yaitu Daiso. Daiso disini memang cukup besar seperti yang dikatakan oleh bibi Mariko. Hampir semua produk harganya 108 yen sudah termasuk pajak, kecuali beberapa produk yang harganya 300 yen. Saya sampai bingung mau beli apa hahaha... akhirnya beli kaos kaki, gantungan kunci berbentuk aneka sushi, nori, serta mainan buat si dede. Lagi-lagi pulpen shinkansen tidak saya temukan disini. susah bener ya nyari si pulpen ini. Si kakak yang paling kalap belanja oleh-olehnya, total belanjaannya sampai hampir 3000 yen๐Ÿ˜ฑ. Saya dikasih oleh-oleh sup miso dan abon dari Bibi Mariko hehhe.

Nggak cukup cuma di Daiso, bibi Mariko pun mengajak kami ke tempat oleh-oleh lainnya yaitu 100 yen (Hyaku-en) shop dan Book Off Bazaar di Seiyu Department Store. Jaraknya tidak jauh dari Daiso, kami berjalan kaki meski hujan rintik-rintik. Di Perjalanan menuju Seiyu ketemu lagi dengan sakura. 

Si kakak dengan tas belanjaannya hahaha

Sempat-sempatnya foto sama sakura
selfie dulu sama sakura meski muka kusut hehee
Di Seiyu kami mampir di McD untuk makan siang, sayangnya bibi Mariko tidak bersedia ditraktir karena beliau sudah makan siang sebelumnya. Di Hyaku-en Shop saya membeli beberapa oleh-oleh juga. Selesai belanja, saya sempatkan berfoto dengan beliau. Hari semakin sore dan hujan semakin deras. Bibi Mariko mengantar kami ke stasiun JR Okazaki. Setelah membeli tiket kereta, saya memeluk erat beliau. Sedih rasanya berpisah dengan beliau meski baru kenal. Bibi Mariko berjanji akan datang ke Bali 1 setengah tahun lagi. Saatnya untuk pergi, kami saling melambaikan tangan. Sampai jumpa lagi Bibi, senang sekali bisa bertemu anda...

Kami kembali ke Toyohashi untuk beristirahat. Bersiap untuk petualangan esok hari menaklukkan kastil Nagoya ๐Ÿ˜„.



Friday, May 19, 2017

Liburan Jepang Gunung Fuji dan Kachi-Kachi Ropeway


Petualangan hari keempat kami adalah Fujiyama alias Fuji-san alias Gunung Fuji. Rasanya belum "afdol" kalau ke Jepang tapi tidak mengunjungi Gunung Fuji. Sebenarnya akan lebih efisien kalau perjalanan dimulai lebih pagi sekitar jam 7 pagi, karena lama perjalanan menuju ke Gunung Fuji (stasiun Kawaguchiko) dari stasiun Tokyo menggunakan kereta rapid adalah sekitar 3 jam dengan dua kali transit yaitu di Takao dan Otsuki. Tapi karena si kecil bangunnya sekitar jam 8, akhirnya kami baru bisa pergi pada jam 10 setelah membayar tiket bus willer ke Toyohashi di Family Mart, mengirimkan koper dan sarapan pagi sebentar di Seven Eleven.

Saya membeli tiket bus malam Willer Express ke Toyohashi melalui situs Willer Express. Namun sebelum bisa membeli tiket, kita diwajibkan mendaftar terlebih dahulu sebagai member. Setelah mendaftar dan memilih tiket, kita bisa melakukan pembayaran melalui Lawson atau Family Mart jika tidak memiliki kartu kredit. Panduan pembayaran bisa dilihat di situs Willer Express, sangat lengkap dan terperinci kok. 

Setelah selesai, kami pun menuju stasiun Tokyo untuk melanjutkan perjalanan ke Kawaguchiko.Dari Stasiun Tokyo kami naik JR Chuo Line rapid for Takao, dari Takao naik JR Chuo Line for Kofu ke Otsuki lalu naik Fujikyu Railway ke Kawaguchiko. Harga tiket dari stasiun Bakurocho ke Otsuki adalah 1660 yen, sedangkan dari Otsuki ke Kawaguchiko adalah 1140 yen. Ada juga kereta limited express yang lebih cepat dan tentunya lebih mahal harganya, harga dan jadwal keretanya bisa dilihat di situs HyperDia.

Di sepanjang perjalanan kami disuguhkan oleh pemandangan alam pegunungan dan pedesaan khas jepang yang sangat asri. Saya sempat memotret pohon sakura di beberapa stasiun yang kami singgahi. Keretanya juga beberapa kali melewati terowongan yang sukses bikin telinga saya seperti berada berjam-jam di atas pesawat terbang hahhaa...
Deretan bunga Sakura di sepanjang rel kereta
Sakura di stasiun Fujino
Maaf kalau yang ini saya lupa tempatnya :)
hanami
Sakura di depan stasiun Otsuki
Maaf, bukan maksud Pak Masinis menghalangi Gunung Fuji hehehe

Fujisan station
Gunung Fuji di stasiun Fujisan

Tiba di Kawaguchiko saya kedinginan karena tidak bawa syal, sarung tangan apalagi topi kupluk padahal suhu saat itu adalah 8⁰C. Kami pun mampir minum kopi di kantin stasiun Kawaguchiko, Gateway Fujiyama. Selain cappuccino seharga 450 yen, saya juga pesan tempura udon yang harganya 700 yen karena penasaran ๐Ÿ˜„. Rasanya yah lumayanlah, si dede juga suka udonnya. Si kakak lebih beruntung karena pesan caramel cappuccino yang lebih manis dari kopi saya. Meski saya sudah ambil beberapa gula sachet untuk ditambahkan ke kopi, tetap saja masih pahit hahaha... Mungkin saya ditakdirkan diet gula selama di Jepang.

Setelah makan, kami jalan-jalan sebentar disekitar stasiun lalu naik bis berkeliling Gunung Fuji. Jujur saja setelah tiba di Kawaguchiko, tiba-tiba otak saya jadi blank nggak tau mau kemana hahaha... Ditambah tidak ketemu signal wifi, saya pun pakai jurus terakhir, ikutin turis lain sajah hahahaa... Beberapa pemberhentian terlewati, saya masih belum yakin mau turun dimana, padahal dari Indonesia sudah ngebayangin foto disamping pohon sakura dengan latar Gunung Fuji ๐Ÿ˜„. Memang dasar ibu-ibu rempong kalau sudah ribet dengan anak jadi lupa tujuan awal hahaha... Akhirnya tiba di satu pemberhentian dan banyak penumpang yang turun, hampir setengah isi bus. Saya pun memberi kode ke si kakak untuk bergegas turun juga dan memang tidak mengecewakan karena kami turun di Kachi-kachi Ropeway yang terkenal itu. Jadilah kami beli tiket roundtrip untuk naik Kachi-kachi Ropeway seharga 800 yen per orang. Wow! antrian lumayan panjang, tapi nggak apa-apa karena tak lama kemudian kami sudah bisa naik. Pemandangan dari atas Ropeway cukup indah, tapi sayang karena saat itu hari sudah agak berkabut.
kachi-kachi ropeway
Danau Kawaguchi dari atas Ropeway
Hanya sekitar 3 menit naik ropeway, kami pun sampai di atas. Gunung Fuji lebih jelas terlihat dari tempat ini. Suhu juga lebih rendah sehingga tangan dan lutut saya menjadi kram. Saran saya jika anda akan berkunjung ke gunung Fuji, carilah info cuaca sebelum berkunjung dan persiapkan semua perlengkapan. Bagi yang muslim, sebaiknya membawa bekal karena agak susah menemukan menu halal. Kalaupun ada, tidak akan cukup waktu untuk wara wiri mencarinya.
Kawaguchi-ko
Gunung Fuji dari tempat Observasi
 
Gunung Fuji dan Fuji-Q Highland 
Gunung Fuji di sore hari dari stasiun Kawaguchiko
Hari menjelang malam ketika kami kembali ke stasiun Kawaguchiko. Sebelumnya saya sempat membeli oleh-oleh manisan apel dan manisan buah ume, saya suka manisan umenya. Di stasiun Kawaguchiko saya langsung membeli tiket kereta Fujikyu ke Otsuki.Tiba di Otsuki, saya bingung karena sudah jam 7 malam. Padahal saya harus tiba di Tokyo sebelum jam 10 malam karena harus naik bis ke Toyohashi. Saya bertanya ke petugas JR di loket dan rekomendasi dari petugas tersebut adalah kereta Limited Express Kaiji yang berangkat pukul 19:33 menuju Shinjuku, lalu berganti ke kereta rapid menuju Tokyo. Waktu kami hanya beberapa menit lagi sebelum kereta tersebut tiba. Saya pun setuju dan segera membeli tiket kereta tersebut. Karena mengejar waktu saya dan si kakak berlari menuju track yang sudah diberitahu oleh petugas.
Tiket Kereta Limited Express Kaiji
Di Dalam Kereta Limited Express Kaiji menuju Shinjuku
Setelah naik kereta, hati saya baru bisa lega. Si dede sudah tertidur karena kecapean, saya pun berusaha tidur karena lama perjalanan ke Shinjuku adalah 1 jam. Dari Shinjuku kami naik JR chuo line ke stasiun Tokyo. Bisa juga naik JR Yamanote line. Tiba di stasiun Tokyo sudah jam 9 malam, saya sempatkan membeli susu dan cemilan untuk si dede dan membeli kaos kaki di outlet Uniqlo. Bulan April cuaca masih dingin dan lembab, kaos kaki cepat lembab dan bau. Jadi saya sarankan membawa banyak stok kaos kaki agar kaki dan sepatu tidak bau.

Kami mencari pintu keluar South Yaesu untuk menuju ke Kajibashi parking lot, tempat bus Willer Express berada. Keluar dari stasiun saya bingung karena tidak melihat tempat parkir yang dimaksud. Akhirnya ketemu pak polisi ganteng bersepeda yang rela mengantarkan hehehe. Terima kasih pak, jasamu tidak akan terlupakan๐Ÿ˜Š. Pak polisi bahkan rela menunggu saya memotret beberapa pohon sakura di tepi jalan dan mengajak saya ngobrol. Dari pintu keluar South Yaesu, tinggal belok kanan lalu lurus saja menyusuri trotoar. Setelah ketemu lampu merah, lurus lagi dan itulah Kajibashi Parking lot. Pak polisi tadi mengantarkan kami sampai di lampu merah. Sayang sekali saya lupa selfie dengan beliau hehehe.

Memasuki area parkir saya melihat petugas bus Willer sedang sibuk memberi arahan kepada calon penumpang agar masuk ke ruang tunggu yang telah tersedia agar bisa memperhatikan pengumuman bus yang akan tiba dan akan berangkat. Tapi karena ruang tunggunya tampak sesak saya memutuskan untuk menunggu diluar.

Tak lama ada seorang bule yang tidak bisa bahasa Jepang sedang bertanya kepada petugas tersebut tentang jadwal bus dan beberapa informasi lainnya. Si petugas yang juga tidak terlalu fasih berbahasa Inggris jadi bingung. Mereka berdebat cukup lama. Saya pun mendekati petugas dan membantu menjelaskan maksud si pria bule. Dengan Bahasa Jepang seadanya saya bilang bahwa si bule ingin tahu jika jadwal busnya sudah tertera di papan pengumuman, dia harus melapor kepada siapa untuk bisa naik ke bus. Si petugas akhirnya mengerti lalu mengatakan kepada saya bahwa dia hanya perlu memperhatikan nomor tempat parkir dan mendatangi bus yang parkir di nomor tersebut, supir bus akan menunggu penumpang di samping bus. Jadi dia hanya perlu melapor kepada supir bus saja. Saya lalu menerjemahkan apa yang dikatakan oleh petugas tadi kedalam bahasa Inggris kepada si bule. Si bule pun ngangguk-ngangguk tanda mengerti. Dan case closed hahaha. Si bule berterima kasih kepada saya, begitu pun petugas yang menunduk sambil bilang arigatou gozaimashita. Saya balas menunduk dan bilang iie douitashimashite.

Masih 40 menitan lagi jadwal bis saya, saya dan si kakak memutuskan untuk jalan-jalan diluar tempat parkir mencari mini market. Ketemu Lawson, karena barang yang dicari si kakak tidak ada akhirnya kami jalan-jalan saja. Ketemu beberapa pohon sakura yang cantik, saya sempatkan memotretnya.
Cantik sekali sakura di Yaesu pada waktu malam
Yaesu
Bersih sekali kota Tokyo
Setelah puas jalan-jalan, kami kembali ke Kajibashi dan mencari info kedatangan bus. Masih belum muncul di papan pengumuman. Kami pun kembali menunggu di luar, kali ini ketemu dengan orang Indonesia yang sedang membawa keluarganya liburan. Kami mengobrol panjang lebar, sampai akhirnya tiba giliran mereka naik bus. Tak lama kemudian kami pun naik bus menuju Toyohashi.

Selamat tinggal Tokyo, sampai jumpa lagi nanti ya... 

Thursday, May 18, 2017

Liburan Jepang Hari Ketiga: Shibuya

Jalan-jalan hari ketiga kami hanya ke Shibuya karena si kecil rewel dan hari itu hujan lebat disertai angin kencang. Akhirnya kami yang sudah siap-siap dari jam 9 pagi, terpaksa tetap tinggal di hostel saja. Saya pun memutuskan untuk laundry pakaian saja.

Di Planetyze Hostel terdapat coin laundry, beruntung saat itu mesin sedang menganggur jadi saya leluasa menggunakannya. Namun saya lupa beli deterjen, celingak-celinguk akhirnya nemu deterjen cair dalam bentuk pods di samping mesin cuci. Entah milik siapa, karena ada banyak saya berasumsi pasti disediakan oleh pihak hostel. Seperti yang telah saya jelaskan di artikel sebelumnya, mesin cuci koin ini tidak ribet pengoperasiannya karena sudah otomatis. Tinggal masukkan deterjen dan baju lalu masukkan koin 200 yen dan mesin pun bekerja selama 30 menit. Setelah itu saya menggunakan mesin Dryer di atasnya. Saat itulah datang dua org bule yang juga pengen laundry. Mereka mencoba membuka pintu ruang laundry yang saya sengaja kunci dari dalam :). Begitu saya buka mereka terkejut kemudian bilang sorry sorry... Saya hanya tersenyum dan menawarkan mesin cuci yang memang sudah kosong. Mereka berdua tersenyum gembira.

Setelah semua pakaian dimasukkan ke mesin si bule bingung nyari deterjen, lantas saya bilang bahwa saya menggunakan deterjen cair yang ada di samping mesin. Si cewek bule pun mengambilnya.Deterjennya harum sekali, sepertinya sudah sekaligus dengan pewangi. Si bule memasukkan koin 200 yen lalu bingung mau mencet tombol yang mana, akhirnya dia mencet tombol yang ada ikon airnya. Ternyata saat berada di Jepang, semua orang bisa kumat kekatroannya gara-gara huruf kanji dan hiragana hehhe.

Pukul 3 sore hujan sudah mulai reda, saya membangunkan si kakak yang sedang lelap tertidur. Kami bersiap menuju Shibuya. Kami naik kereta JR Sobu Line dari Stasiun Bakurocho ke Stasiun Tokyo lalu berganti ke JR Yamanote Line menuju Stasiun Shibuya. Tiba di Stasiun Shibuya ternyata ramai sekali, saya dan si kakak sibuk memperhatikan petunjuk pintu keluar Hachiko Exit. Suasana setelah keluar dari Hachiko Exit ternyata super ramai dan penuh sesak. Mata saya langsung tertuju pada Shibuya Pedestrian Cross yang terkenal itu, wow ramai sekali!
Suasana saat keluar dari Stasiun Shibuya
Saya dan si kakak jadi semangat sambil senyum-senyum kami berdua mencari si patung Hachiko, tidak sabar pengen selfie hehehe. Ternyata si Hachiko terhalang sebuah bus yang dijadikan semacam pusat informasi (maaf pemirsah saya lupa namanya heheh). Di sekeliling patung sudah banyak turis yang antri untuk berfoto, saya dan kakak Shinji terpaksa harus rela menunggu giliran.
Kakak Shinji sudah tak sabar memotret Hachiko
Si dede main serobot antrian, malah nongkrong dibawah patung hehehe
Akhirnya kesampaian juga si Kakak foto sama Hachiko
Selfie dengan sakura di depan stasiun Shibuya :)

Puas foto-foto dengan Hachiko, kami pun menyeberang ke arah Shibuya 109 lalu menyusuri jalan menuju Don Quijote Shibuya. Kenapa tidak mampir di Shibuya 109? karena perut sudah lapar sekali jadi kami menyusuri jalan mencari KFC atau McD yang menurut peta adanya di sekita situ. Yup ketemu juga akhirnya di sebuah lorong di seberang Yamada Denki LABI. Pertama kali makan di McD Jepang, pesan nasi ternyata tidak tersedia nasi, hanya ada kentang goreng, paket ayam, serta burger. Okelah kami pesan dua jenis Beef Burger, kentang goreng dan pepsi. Kami naik ke lantai dua sudah penuh kursinya, akhirnya naik lagi ke lantai tiga alhamdulillah masih ada kursi kosong. Saya menatap sekeliling tidak terlihat pelayan, lalu ada pelanggan yang telah selesai makan membawa sendiri nampannya dan membuang sisa makanan serta perlengkapan makan di tempat sampah yang sudah disediakan. Wow luar biasa tertib dan disiplinnya orang Jepang.

Selesai makan kami lanjut ke Don Quijote, toko oleh-oleh paling populer selain Daiso. Karena si kakak pengen berpencar akhirnya saya naik ke lantai atas untuk mencari oleh-oleh titipan Mr. Hubby yaitu pulpen berbentuk Shinkansen. Sibuk muter-muter, akhirnya ketemu juga tempat alat tulis. Sayang sekali, setelah bertanya kepada pelayan toko rupanya tidak ada pulpen yang dimaksud. Akhirnya beli 2 set eraser unik berbagai macam bentuk seperti pesawat, kapal dan alat-alat pemadam kebakaran. Si dede tampak girang dengan mainan barunya. Si kakak yang dari tadi muter-muter masih belum menemukan apa yang dicari. Petualangan di Don Quijote harus berakhir karena tiba-tiba si dede "pup" dan di toko itu tidak tersedia toilet.Kami pun bergegas ke sebuah Mall di seberangnya, bukan untuk belanja tapi hanya numpang ke toilet. Harga produk di mall tersebut bisa membuat saya bangkrut mendadak hahahah...

Hari semakin malam, dan kami pun berjalan kembali ke stasiun. Tapi eits, ketemu H&M saya dan si kakak pun mampir sebentar. Dan jadilah kami beli dua jaket masing-masing seharga 1999 yen. Dalam perjalanan menuju stasiun kami bertemu iring-iringan mobil cosplay Mario Bross yang sedang konvoi di Shibuya, kebetulan mereka berhenti di lampu merah sehingga suasana semakin riuh oleh para fans yang sibuk mengambil foto maupun berselfie dengan mereka. Si kakak tidak ketinggalan turut mengabadikannya.

Malam itu kami pulang dengan hati gembira walau hanya bisa pergi ke Shibuya. (^-^)